Sabtu, 22 November 2008

Ketika Aku Menjadi Guru

Ketika Aku Menjadi Guru

Suatu hari saya berkenalan dengan beberapa teman dari sebuah perguruan tinggi yang khusus mempersiapkan mahasiswanya untuk menjadi guru.

Saya ingin tahu apa saja hal-hal yang diperlukan untuk menjadi profesi yang satu itu, karena jika diijinkan, suatu saat saya ingin jadi guru di sekolah alternatif.

Tapi komentar mereka membuat saya terdiam.

“Kita semua masuk situ karena kecelakaan kok. Karena ga lulus SPMB, jadi didaftarin di situ deh. 90% dari kita nggak ada yang bener2 mau jadi guru!”

Saya sedih. Karena menurut saya cara termudah dan terkecil yang bisa dilakukan seseorang untuk membuat perbedaan dalam diri anak-anak bangsa ini adalah dengan menjadi orang terdekat yang bisa mempengaruhi mereka. Dan cara termudah untuk itu adalah menjadi guru. Setidaknya 30 murid dalam satu tahun ajaran sudah menjadi prestasi besar.

Posisi guru membuat mata anak-anak tertuju pada Anda, mendengarkan Anda, melakukan apa yang Anda minta mereka kerjakan. Guru bukan orang sempurna, tapi

guru yang melakukan perannya dengan segenap hati sangat berpotensi mengubah hidup seorang anak ke arah yang lebih baik; karena segala sesuatu yang terjadi di masa kecil seseorang akan sangat mempengaruhi seluruh hidupnya.

Sebuah profesi yang sangat spesial!

Saat SD, saya ingat pesan guru saya untuk membuang sampah di tempatnya. Saya melakukannya, karena saat itu saya pikir semua perkataan guru seperti “mantra” yang harus saya lakukan.

Sekarang setelah saya dewasa dan mengerti kompleksitas masalah sampah dan bencana yang mungkin ditimbulkannya, saya jadi ngeri membayangkan jika ada banyak anak yang tak punya guru (karena orang tua juga banyak yang tak peduli masalah sampah) yang meminta mereka melakukan hal (yang tampaknya) sederhana itu.

Mungkin kadang mereka tak sadar bahwa pekerjaan sederhana yang mereka lakukan (biasanya dengan penghasilan yang terbatas pula) dapat berarti besar untuk saya, dan ratusan anak yang pernah mereka ajar. Apalagi mereka yang berada jauh di pelosok Indonesia.

Jika saya diminta untuk membuat daftar nama-nama orang yang paling berperan dalam hidup saya, sederetan nama-nama guru saya sejak SD hingga kuliah akan ada dalam daftar itu. And it’s true!

So, proud to be teachers !